Ini adalah cerita paling 'renyah' dari sineas Garin Nugroho. Sederhana, namun menyiratkan banyak makna. Diambil dari kisah nyata tentang kehidupan orang-orang yang terjebak dalam fundamentalisme agama.
Tiga kisah tentang orang yang terjerat dalam gerakan Islam radikal. Kisah ini mengalir seperti omnibus yang masing-masing cerita saling tidak berhubungan, namun memiliki kesamaan kisah.
Cerita pertama tentang Ada Rima (Eka Nusa Pertiwi), seorang gadis yang sedang gundah dalam pencarian identitas. Dalam kegamangannya, ia terlibat dalam Negara Islam Indonesia (NII). Bagaimana proses perekrutan, doktrinasi, dan sulitnya mempertahankan keyakinan menjadi jalan panjang yang dipaparkan dalam bagian pertama film ini.
Cerita kedua masih tentang NII, Asimah (Jajang C. Noer), seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya: Aini. Anaknya menjadi korban penculikan orang-orang dari kelompok Islam Fundamentalis. Parahnya, penculikan itu berlangsung ketika Asimah tengah berada pada proses perceraian. Asimah jadi kian frustasi.
Namun, dia tidak mau kehilangan lagi orang yang dicintainya. Perjuangan Asimah untuk menelusuri jejak kehidupan anaknya, demi mencari anaknya, menjadi cerita utama. Dan ketika akhirnya anaknya pulang, Asimah tak lantas bernafas lega. Persoalan lain masih membayangi keluarga kecilnya tersebut.
Cerita ketiga tentang Jabir (M. Dinu Imansyah), seorang remaja yang merelakan diri menjadi pengebom bunuh diri karena terdorong oleh kondisi keluarga dan kesulitan ekonomi. Jabir dikeluarkan dari pesantren di mana dia menuntut ilmu. Impiannya adalah membuat ibunya bangga. Ketika Jabir mendapat tawaran sebagai pelaku bom bunuh diri, batinnya mantap karena dijanjikan menjadi pembuka pintu surga ibunya.
Trailer
Di akhir cerita, penjelasan tentang radikalisme dalam berbagai agama yang dirangkum dari berbagai sumber menjadi referensi penonton untuk memahami isi film ini.
Meskipun diambil dari kisah nyata, namun kemampuan akting pemainnya membuat film ini jauh dari kesan dokumenter. Terlebih, Garin masih sempat meletakkan lelucon sebagai penyegar suasana dalam film yang temanya tak ringan ini.
Sumber:
Responses
0 Respones to "Radikalisme Bukan Milik Islam"
Post a Comment